
Jakarta – Di dunia yang semakin dinamis dan penuh dengan informasi seperti saat ini, gaya pengasuhan Authoritarian Parenting, yang dulu sangat dominan, sering kali dipertanyakan relevansinya. Gaya pengasuhan ini dikenal dengan pendekatan yang ketat, penekanan pada kepatuhan tanpa banyak ruang untuk diskusi, dan sedikit perhatian terhadap perasaan anak. Namun, seiring dengan berkembangnya pemahaman tentang psikologi anak dan pentingnya pengasuhan yang mendukung kemandirian serta kecerdasan emosional, banyak yang mulai bertanya “Apakah gaya pengasuhan ini masih relevan di dunia modern?”
Baca Juga: Konsep STIFIn Dalam Pengembangan SDM Berbasis Genetik
Apa itu Authoritarian Parenting?
Dalam gaya pengasuhan authoritarian, orang tua cenderung memiliki harapan yang tinggi terhadap anak mereka tetapi memberikan sedikit responsifitas. Mereka menetapkan standar yang tinggi dan sering kali bersikap otoriter dalam memberikan arahan kepada anak-anak mereka.

Akibatnya, hubungan antara orang tua dan anak cenderung didominasi oleh kontrol dan kurangnya komunikasi yang terbuka, yang dapat menghambat perkembangan kemandirian dan kepercayaan diri anak.
Ciri-Ciri Authoritarian Parenting
Orang tua dengan gaya pengasuhan ini biasanya mengharapkan anak untuk mengikuti peraturan tanpa banyak ruang untuk diskusi atau negosiasi. Berikut adalah beberapa ciri-ciri Authoritarian Parenting :
- Peraturan Ketat dan Tidak Fleksibel.
- Kurangnya Penjelasan.
- Penggunaan Hukuman.
- Kurangnya Keterlibatan Emosional.
- Ekspektasi Tinggi dan Tidak Realistis.
- Kontrol Yang Berlebihan.
- Tidak Ada Ruang untuk Diskusi atau Negosiasi.
- Penggunaan Kekuasaan yang Dominan.
- Kurangnya Keterlibatan dalam Proses Pembelajaran.
- Pentingnya Kepatuhan daripada Kemandirian.
Baca Juga: Memahami Pola Asuh Yang Tepat Untuk Anak
Dampak dari Authoritarian Parenting
Pola asuh otoriter yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kondisi psikis anak, seperti rendahnya harga diri, kesulitan dalam mengelola emosi, ketergantungan yang berlebihan pada orang tua, kurangnya kemampuan untuk berpikir secara mandiri, dan sulitnya menjalin hubungan sosial yang sehat. Berikut masing-masing penjelasannya.
- Rendahnya Harga Diri Anak
Anak mungkin merasa tidak pernah cukup baik karena selalu diharapkan memenuhi standar yang tinggi tanpa ruang untuk kesalahan. - Masalah Emosional
Anak dapat mengalami kecemasan, depresi, atau perasaan takut berlebihan terhadap otoritas karena kurangnya dukungan emosional. - Kurangnya Kemandirian
Anak tidak diberi kebebasan untuk membuat keputusan sendiri, yang dapat menghambat perkembangan kemandirian mereka. - Kesulitan dalam Menghadapi Konflik
Anak mungkin tidak tahu bagaimana cara menghadapi masalah atau konflik secara mandiri karena tidak dilatih untuk berpikir kritis. - Hubungan yang Kaku dengan Orang Tua
Hubungan antara orang tua dan anak cenderung kurang hangat dan lebih formal, karena kurangnya komunikasi emosional dan empati. - Reaksi Negatif terhadap Otoritas
Anak mungkin tumbuh menjadi remaja atau dewasa yang resisten atau memberontak terhadap otoritas, karena merasa tertekan dan dibatasi.
Secara keseluruhan, meskipun anak-anak dari orang tua yang otoriter mungkin cenderung lebih disiplin, gaya pengasuhan ini sering kali menghambat perkembangan emosional dan sosial mereka.
Cara agar Tidak Terjebak dalam Authoritarian Parenting
Dengan menghindari pendekatan yang terlalu kaku dan lebih mengutamakan pemahaman serta dukungan, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung perkembangan anak secara sehat. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari terjebak dalam Authoritarian Parenting :
- Berikan Ruang untuk Diskusi
Alih-alih hanya memberi perintah, ajak anak untuk berdiskusi. Jelaskan alasan di balik aturan dan dengarkan pendapat mereka. - Fokus pada Penguatan Positif
Berikan pujian atau penghargaan untuk perilaku baik anak, bukan hanya hukuman untuk kesalahan. Ini dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi mereka. - Tetapkan Aturan yang Fleksibel
Peraturan tetap penting, tetapi berikan fleksibilitas dan ruang bagi anak untuk beradaptasi atau membuat pilihan sesuai dengan usia dan kemampuan mereka. - Berikan Kesempatan untuk Kemandirian
Ajak anak untuk membuat keputusan sendiri dalam hal-hal yang sesuai dengan usia mereka. Ini membantu mengembangkan kemandirian dan rasa tanggung jawab. - Lebih Sering Terlibat Secara Emosional
Tunjukkan empati, perhatian, dan kasih sayang terhadap perasaan anak. Bangun hubungan yang hangat dan penuh dukungan. - Jaga Komunikasi yang Terbuka
Dorong komunikasi terbuka dengan anak. Tanyakan bagaimana perasaan mereka tentang aturan atau situasi tertentu, dan pastikan mereka merasa didengar. - Sesuaikan Ekspektasi dengan Usia dan Kemampuan Anak
Tetapkan harapan yang realistis dan sesuai dengan tahap perkembangan anak, jangan terlalu menuntut atau menekankan standar yang sulit dicapai. - Gunakan Pendekatan Disiplin yang Mengajarkan, Bukan Menghukum
Alih-alih hanya menghukum, gunakan kesempatan untuk mengajarkan anak cara memperbaiki perilaku mereka atau belajar dari kesalahan.
Baca Juga: Peran Orang Tua yang Bisa Menghambat Kemandirian Anak
Memahami Authoritarian Parenting dengan Konsep STIFIn

STIFIn adalah sistem yang mengidentifikasi lima tipe kecerdasan dasar manusia berdasarkan pola pikir dan kecenderungan emosi mereka. Gaya pengasuhan Authoritarian Parenting, yang cenderung mengutamakan disiplin ketat dan kontrol yang kuat, dapat dipengaruhi oleh tipe kecerdasan orang tua, dan pemahaman ini dapat membantu orang tua untuk lebih memahami cara mereka mendekati pengasuhan dan dampaknya terhadap anak.
1. Sensing – Pengasuhan yang Terstruktur dan Kaku
Orang tua dengan kecerdasan Sensing cenderung sangat terorganisir dan fokus pada detail. Mereka sering kali mengutamakan aturan yang jelas dan sistematis. Dalam konteks AuthoritarianParenting, mereka bisa sangat ketat dalam menetapkan peraturan dan mengharapkan anak untuk mematuhi tanpa banyak ruang untuk fleksibilitas atau negosiasi. Anak yang dibesarkan dengan gaya ini mungkin merasa tertekan oleh ekspektasi yang tinggi dan kurangnya ruang untuk bereksperimen atau gagal.
2. Thinking – Penekanan pada Logika dan Disiplin
Orang tua dengan tipe Thinking sangat logis dan rasional. Mereka cenderung mengandalkan alasan dan pemikiran analitis dalam membuat keputusan, termasuk dalam pengasuhan. Dalam pengasuhan Authoritarian, orang tua tipe ini mungkin menetapkan peraturan yang ketat dan fokus pada kepatuhan serta penghindaran kesalahan. Mereka mungkin kurang memberikan empati terhadap perasaan anak dan lebih menekankan hasil yang sempurna. Hal ini bisa membuat anak merasa kurang didukung secara emosional.
3. Intuiting – Harapan Besar dan Idealistis
Orang tua dengan kecerdasan Intuiting cenderung melihat gambaran besar dan memiliki visi ideal tentang masa depan anak. Dalam pengasuhan Authoritarian, mereka mungkin memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap pencapaian anak dan berusaha untuk membentuk anak sesuai dengan visi mereka tanpa banyak mempertimbangkan kebutuhan atau keinginan anak. Anak bisa merasa bahwa mereka harus memenuhi harapan besar tersebut tanpa kesempatan untuk mengembangkan diri secara mandiri.
4. Feeling – Kurangnya Empati dan Dukungan Emosional
Orang tua dengan kecerdasan Feeling cenderung lebih peka terhadap perasaan orang lain, namun dalam konteks AuthoritarianParenting, mereka mungkin menekan ekspresi emosional anak dengan lebih menekankan pada kepatuhan dan aturan yang ketat. Mereka bisa sangat fokus pada bagaimana anak berperilaku di luar, namun kurang memberikan perhatian pada perasaan atau kebutuhan emosional anak. Hal ini bisa menyebabkan anak merasa terabaikan atau tidak dihargai perasaannya.
5. Insting – Pengambilan Keputusan Berdasarkan Naluri
Orang tua dengan kecerdasan Insting sering kali mengikuti naluri mereka dalam pengasuhan, dan dalam konteks AuthoritarianParenting, mereka mungkin cenderung menggunakan kekuasaan mereka untuk mengendalikan perilaku anak berdasarkan perasaan atau kecemasan pribadi mereka. Mereka mungkin merasa bahwa kontrol yang ketat adalah cara yang terbaik untuk melindungi anak dari dunia luar, namun ini dapat menyebabkan anak merasa dibatasi dan tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri.
Kesimpulan
Pemahaman tentang Authoritarian Parenting melalui lensa STIFIn mengungkapkan bahwa setiap tipe kecerdasan dapat memengaruhi bagaimana orang tua mengatur disiplin dan mengelola hubungan dengan anak. Dengan memahami tipe kecerdasan STIFIn anak dapat membantu orang tua menghindari Authoritarian Parenting yang berlebihan dan menjalin hubungan sosial yang sehat.
STIFIn menawarkan keuntungan dan manfaat yang jelas dibandingkan dengan metode lain, seperti kelebihan akurasi dan kemudahan aplikasi 1x seumur hidup. Yuk, Kenali dirimu lebih baik dan raih versi terbaikmu!
Berita Terkait
Membantu Menemukan Potensi Terbaik Dalam Diri
Thinking Si Logis yang Selalu Fokus